Artikel

Pelestarian Bahan Baku Gudeg Berkualitas “NANGKA”

Oct

12

Pelestarian Bahan Baku Gudeg Berkualitas “NANGKA”

Pelestarian Bahan Baku Gudeg Berkualitas “NANGKA”

Nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah tanaman yang berasal dari hutan hujan tropis di Ghats Barat, India, dan merupakan salah satu sumber pangan karbohidrat yang penting di dunia. Anggota familinya termasuk cempedak, timbul, sukun, peusar dan marang. Daun nangka, secara botani, merupakan daun yang sangat efisien dalam melakukan proses fotosintesis (proses pembuatan makanan). Zat karbondioksida di udara dapat diserap dan diubah menjadi oksigen dan zat gula secara cepat. Buah nangka sendiri memiliki peran yang cukup penting untuk masyarakat kota Yogyakarta, karena untuk terus mengembangkan olahan kuliner khas Yogyakarta yaitu Gudeg diperlukan bahan baku berupa buah nangka.

Pada awalnya Fakultas Kehutanan UGM melakukan pengembangan sumber benih nangka, yang mana bibit awal yang ditanam merupakan hasil Eksplorasi di 11 Provinsi dan ditemukan 389 Family. Produksi Benih yang dikembangkan Fakultas Kehutanan UGM dilakukan uji keturunan dan provenans sesuai sifat induk yang diharapkan dan pengolahan tersebut digunakan juga sebagai tempat pendidikan dan pelatihan. Pengelolaan Nangka sendiri selain sebagai sumber bahan baku utama kuliner khas Yogyakarta yaitu Gudeg, digunakan juga untuk peningkatan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat. Kebutuhan sebagai bahan baku gudeng yang terus meningkat merupakan pendukung inisiasi pembuatan Hutan Keistimewaan Nangka

Hutan Keistimewaan Nangka berlokasi tanam di beberapa tempat yaitu Petak 58, RPH Candi, BDH Karangmojo, dan KPH Yogyakarta yang mempunyai status kawasan sebagai kawasan hutan produksi, untuk luas yang dipergunakan sebagai lahan budidaya nangka yaitu 30 HA. Untuk pola tanam yang dilakukan Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan yaitu menggunakan Agroforestry 400 batang/HA dengan jarak tanam 5m x 5m dan jumlah bibit sebanyak 12.000 batang. Untuk pelaksanaan penanaman dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani hutan “Nongko Mulyo” dengan jumlah anggota terlibat yaitu 30 orang dan jumlah HOK 555.


Sumber : greeners.co

Pohon nangka yang berbuah besar umumnya berbuah pada umur 5-10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5-2 tahun. Pada umumnya buah masak setelah 8 bulan sejak bunganya muncul. Dan untuk periode panen yaitu dengan umur maksimum produksi buah 20-30 tahun, sesudah itu harus diremajakan. Hasil buah per tahun per pohon beragam umumnya berkisar 8-12 buah/pohon/tahun. Sedangkan untuk pembuatan gudeg diharuskan untuk menggunakan nangka muda merah yang biasa disebut gori dengan tekstur yang keras membuat nangka muda merah tidak akan hancur meskipun dimasak selama berjam-jam.

Pemeliharaan tanaman nangka sendiri harus melalui beberapa tahapan yaitu :
  1. Penjarangan dan Penyulaman terhadap tanaman yang mati dilakukan pada saat hujan masih turun di tahun pertama dan tahun kedua.
  2. Penyiangan atau membebaskan tanaman dari serangan gulma atau tumbuhan pengganggu dilakukan dengan cara membersihkan gulma secara manual/kimia dari tanaman nangka dengan radius 1-2 m. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida misalnya Paracol 1,5 liter dalam 600 liter air per ha atau Roundup 2-3 liter dalam 800 liter air/ha. Penyiangan pertama dilakukan 1-2 bulan setelah penanaman, selanjutnya setiap 2-4 bulan dilakukan selama 2-3 tahun. Penyiangan dilakukan dengan cara manual atau kimiawi.
  3. Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang atau pupuk kompos 1-2 kali setahun sebanyak 20 kg per tanaman. Pemberian pupuk anorganik dilakukan satu minggu setelah penanaman dengan dosis 100 gram NPK per tanaman. Pemupukan kedua pada umur 6 bulan dengan dosis 150 gram NPK per tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada tanaman umur 12 bulan dengan dosis 200 gram per tanaman. Pemupukan keempat pada umur 18 bulan dengan dosis 250 gram per tanaman dan pemupukan kelima dilakukan pada tanaman umur 24 bulan dengan dosis 300 gram per tanaman. Selanjutnya bagi tanaman yang sudah berbunga pada lahan tidak subur dapat ditambahkan pupuk organik 650 gram/pohon.
  4. Tanaman nangka membutuhkan drainase yang baik. Pengairan ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya. Tanaman nangka memiliki perakaran dalam, tidak membutuhkan penggenangan pada saat musim kemarau karena tanaman nangka kurang toleran terhadap genangan. Akarnya masih mampu menyerap air pada tanah yang dalam. Pemberian air tambahan diperlukan selama dua tahun pertama pertumbuhannya.
  5. Serta pemeliharaan lain seperti Pemangkasan, yang dilakukan pada bagian tanaman yang tidak subur dan tidak produktif. Pemangkasan cabang dilakukan terhadap pohon nangka yang bertajuk rimbun agar sinar matahari tidak terhalangi sehingga merangsang pembungaan. Pemangkasan dibatasi pada penjarangan pucuk ketika pohon mulai ditanam dan sedikit pemotongan dahan-dahan yang mengandung buah agar memudahkan mencapai buah untuk dibungkus dan kemudian dipanen. Pemangkasan cabang dimaksudkan untuk mengatur pembuahan, karena bunga betina muncul pada batang utama atau cabang primer.