Sesar Oyo di RPH Bibal BDH Panggang
Masih
terekam peristiwa gempa bumi Yogyakarta tahun 2006 silam dimana bumi Yogyakarta
diguncang gempa 5,9 SR atau setara 6,3 Mw yang menelan korban jiwa ribuan dengan
kerugian material milyaran (red-Geomagz, 2016). Sebelumnya, para ahli meyakini
bahwa gempa tersebut disebabkan oleh sesar opak hingga akhirnya muncul hasil
penelitian baru yang dilaksanakan oleh Walter sekitar tahun 2008 bahwa sumber
gempa 2006 adalah unidentified fault
yang berjarak 10 – 15 km sebelah timur pegunungan Gunung Kidul yang dikenal sebagai
sesar oyo termasuk dalam formasi oyo.
Unidentified fault
atau sesar oyo tersebut oleh Balai penyelidikan dan pengembangan teknologi
kebencanaan geologi (BPPTKG) disebut sebagai patahan minor yang telah
dituangkan dalam peta geologi lembar Yogyakarta. Berdasarkan peta geologi
tersebut, keberadaan sesar oyo berada di sekitar kawasan hutan lindung pada
petak 108 tepatnya didekat obyek kerjasama jasa lingkungan Bukit Roso Wulan yang
dikelola oleh Koperasi wana Artha Barokah. Struktur batuan disekitar Bukit Roso
Wulan terdiri dari Batuan dasar lainnya adalah batuan sedimen non vulkanik
Formasi Oyo yang terdiri dari tuff, tuff andesitik, konglomerat, dan gamping
(Surono et al., 1992 dan Rahadjo, 1995).
Berdasarkan
konsultasi via daring antara penulis dengan BPPTKG didapati bahwa Sesar Oyo di
dekat kawasan Bukit Rosowulan muncul karena adanya respon patahan sesar Opak.
saat terjadi patahan besar pada sesar opak maka daerah-daerah disekitarnya akan
didapati respon pecahan yang berupa garis melintang atau sejajar dengan pataha
besarnya.
Hal
tersebut diatas yang melatarbelakangi lahirnuya kerjasama pembangunan stasiun
penyelidikan gempa sesar Oyo di Bukit Roso Wulan RPH bibal BDH Panggang antara Balai penyelidikan dan pengembangan
teknologi kebencanaan geologi (BPPTKG) dengan Koperasi Wana Arta barokah selaku
pengelola yang diketahui oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan DIY.
Oleh
: Trisno Budi Hutomo
Gambar
: Sulis